Jumat, 05 Oktober 2012

psikologi lintas budaya 1

1. Pengertian psikologi lintas budaya ?
Menurut wikipedia, Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yg bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yg ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yg dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike (1973) menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yg telah memiliki perbedaan pengalaman, yg dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yg dapat diramalkan dan signifikan.
      Menurut Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yg berbeda, yg dipengaruhi budaya/mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yg bersangkutan

2. Tujuan mempelajari psikologi lintas budaya ?
      Psikologi Lintas Budaya memiliki tujuan yaitu mengatahui persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik. Mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut
 3. Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain ?
        Hubungan psikologi lintas budaya dengan sosiologi
melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologi, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik yg berada dalam suatu kehidupan masyarakat

        Hubungan psikologi lintas budaya dengan ekologi
mempelajari mengenai interaksi yg baik dengan makhluk hidup dan lingkungan yg beraneka ragam

4. Etnocentris dalam psikologi lintas budaya ?
      Menurut Matsumoto, etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Etnosentrisme memiliki dua tipe. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini memiliki ciri-ciri ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yg dimiliki/hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yg dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya

5. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi ?

Enkulturasi adalah proses pengenalan norma masyarakat. Enkultursi dalam bahas Indonesia berarti pembudayaan.
Sosialisasi adalah Proses pembelajaran terhadap norma-norma yg berlaku sehingga dapat berperan dan diakui di masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial.
Menurut M J Herskovits perbedaan enkulturasi dengan sosialisasi adalah sebagai berikut ;
1. Enkulturasi adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
2. Sosialisasi adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yg berlaku dalam keluarganya.
6. Persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan moral ?

Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap yg lebih tinggi. Berikut adalah tahapannya :
1.      Sensorik motor
2.      Pra-operasional
3.      Operasional konkrit
4.      Operasional formal
Sedangkan Kohlberg mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yg kemudian dibagi dalam tiga taraf.
1. Taraf Pra-Konvensional
2. Conventional Level ( taraf Konvensional)
3. Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation.
4. Tahap law and order, orientation
5. Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)
6. Social contract orientation

7. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, compliance dan obedience ?

Konformitas adalah proses dimana seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan dengan aturan kelompok
Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju
Obedience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas

Perbedaan konformitas, compliance dan obedience
Pusatkan perhatian pada nilai konformitas dan kepatuhan sebagai konstruk sosial yg berakar pada budaya. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang “baik” tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal bahkan untuk dapat menikmati status yg lebih tinggi dan mendapat penilaian/kesan positif.

8. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal nilai-nilai ?

Nilai muncul menjadi ciri khas yg cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat kerpibadian dan karakter budaya. Nilai memiliki berbagai fungsi, diantaranya adalah :
a. Nilai berfungsi sebagai standart, yaitu standart yang menunjukkan tingkah laku dari berbagai cara
b. Nilai berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan konflik dan pengambilan keputusan.
c. Nilai berfungsi motivasional. Nilai memiliki komponen motivasional yg kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan behavioral.
d. Nilai berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu di arahkan secara langsung kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yg berorientasi pada penyesuaiam.
         e. Nilai berfungsi sebagai ego defensive

9. Persamaan dan perbedaan  antar budaya dalam hal perilaku gender ?

Gender merupakan hasil konstruksi yg berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yg berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yg berbeda antara pria dan wanita.


10. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal sosial masyarakat ?

Menurut  Ralph Linton, masyarakat adalah “setiap kelompok manusia yg telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yg dirumuskan dengan jelas”.
Sedangkan menurut, Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yg hidup bersama, yg menghasilkan kebudayaan”
Dengan demikian, maka empat unsur yg harus terdapat di dalam masyarakat, adalah :
         1.Manusia (individu-individu) yg hidup bersama,
         2.Mereka melakukan interaksi sosial dalam waktu yg cukup lama.
         3.Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan.
         4.Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yg menghasilkan kebudayaan


11. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal kognitif ?

Sosial kognitif menetapkan sebuah kerangka untuk pemahaman, prediksi dan tanggung jawab dari prilaku manusia. Teori ini mengidentifikasi prilaku manusia sebagai interaksi dari faktor perorangan, prilaku dan lingkungan. Ada berbagai hal yg berhubungan dengan keberadaan faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a.       Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum (IQ) dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yg cukup tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif.
b.      Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari Jean Piaget yg isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilan konitif saat berbagai stimulus diberikan pada seseorang. Penelitian lintas budaya yg menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu.
c.    Cara Berpikir
Cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” daripada aspek “seberapa banyak” dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yg efektif terhadap masalah yg dijumpai. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yg berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yg berbeda juga.
d.      Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologi dan teori tetang konteks kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur. Misalnya dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yg menyesuaikan dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.


12. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal individual kolektivitas ?
A. individual

Diri individual adalah diri yg fokus pada atribut internal yang sifatnya personal, kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yg terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yg cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Budaya yg menekankan nilai diri kolektif sangat khas dengan ciri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain

B. Kolektif

Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai diri yg terpenting adalah aspek-aspek diri dalam hubungan



Daftar Pustaka :

-          Matsumoto, D. (2002). Culture, psychology, and education. In W. J. Lonner, D. L. Dinnel, S. A.
-          Hayes, & D. N. Sattler (Eds.), Online Readings in Psychology and Culture (Unit 2, Chapter 5), (http://www.ac.wwu.edu/~culture/index-cc.htm), Center for Cross-Cultural Research, Western Washington University, Bellingham, Washington USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar