Semua manusia pasti pernah mengalami stres, mulai dari anak kecil hingga orang tua. Anak kecil mungkin stres karna dimarahi oleh orangtuanya, remaja mungkin mengalami stres karna terjadi konflik dengan teman sepermainannya sementara orang tua mungkin stres karna tuntutan hidup yang harus terus dipenuhi. Penyebab stres banyak dan beragam begitu juga dengan respon yang dikeluarkan saat menghadapi stres. Lalu seperti apakah stres itu? Apa sajakah faktor penyebab dan dampak dari stres? Berikut pembahasannya.
1. Pengertian stres
Menurut Atkinson, stres terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik maupun kesehatan psikologisnya. Peristiwanya diberi nama stresor, sementara reaksinya disebut dengan stres.
Menurut Lazarus, stres adalah kecemasan atau perasaan yang mengancam yang datang ketika kita memperkirakan suatu situasi yang melebihi kemampuan psikologis kita untuk dapat mengatasinya.
@ Akibat stres
Stres dapat menimbulkan efek yang berbeda pada setiap orang yang mengalaminya. Cox mengkatagorikan lima kategori akibat stres :
- Akibat subjektif : akibat yang dirasakan secara pribadi oleh penderita stres. Meliputi kegelisahan, agresi, depresi, dll.
- Akibat perilaku : akibat yang mudah dilihat karna berbentuk perilaku tertentu. Misalnya peledakan emosi, berperilaku impulsif, penyalahgunaan obat berbahaya, dll.
- Akibat kognitif : akibat yang mempengaruhi proses berfikir. Meliputi tidak bisa mengambil keputusan, tidak bisa konsentrasi, mengalami rintangan mental, dll.
- Akibat fisiologis : akibat yang berhubungan dengan fungsi alat tubuh. Misalnya denyut nadi cepat, berkeringat, gula darah naik, dll.
- Akibat keorganisasian : akibat yang tampak pada tempat kerja. Meliputi absen, ketidakpuasan kerja, mengasingkan diri, dll.
@ General Adaptation Syndrom
Teori ini dipopulerkan oleh Selye. Ia berpendapat "tubuh berekasi secara sama ketika menghadapi stres, tidak peduli apapun bentuk stresornya". Artinya pertahanan tubuh terhadap stresor akan bereaksi sama pada setiap orang yang berbeda, ini dilakukan untuk melindungi organisme dan menjaga integritasnya. Pendapat lainnya adalah "apabila stres berlangsung lama maka pertahanan fisiologisnya pun berlangsung lama bahkan mengalami peningkatan". Hal itu dapat menyebabkan timbulnya "penyakit adaptasi" yaitu penyakit/gangguan yang terjadi sebagai akibat dari adaptasi yang dilakukan terhadap stres yang berkepanjangan. Berikut ini adalah fase-fase terjadinya stres.
Fase-fase respon tubuh terhadap stres
@ Faktor penyebab stres
Penyebab stres pada setiap orang berbeda-beda. Banyak hal dapat menimbulkan stres, mulai dari aktivitas sehari-hari kecil yang terjadi secara terus-menerusseperti macet atau bahkan kejadian alam yang tidak terduga seperti gempa bumi.
2. Tipe-tipe stres
1. Tekanan
Tekanan bersumber pada tuntutan kehidupan sehari-hari. Tekanan ada yang berasal dari dalam diri sendiri dan dari luar individu tersebut.
2. Frustasi
Frustasi terjadi bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai. Frustasi juga bisa terjadi apabila keinginan terhambat oleh suatu rintangan. Misalnya nilai jelek, diomelin orangtua dan ada masalah dengan teman merupakan runtutan kejadian yang dapat menimbulkan frustasi.
3. Konflik
Konflik merupakan respon dari ketidakmampuan memilih dan memutuskan apa yang diinginkan atau dibutuhkan. Saat individu dihadapkan pada beberapa pilihan didalam suatu situasi maka akan terjadi pertentangan dalam diri individu untuk memilih, pertentangan itulah yang disebut dengan konflik. Konflik dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a) approach-approach conflict
b) approach-avoidant conflict
c) avoidant-avoidant conflict
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon populer dari stres. Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang sering diungkapkan dengan istilah takut, kuatir dengan derajat yang berbeda-beda pada setiap orangnya.
Orang yang mengalami peristiwa diluar batas kemampuannya akan mengalami kecemasan yang berhubungan erat dengan kecemasan yang disebut dengan gangguan stres pasca-traumatik. Gejala utama dari gangguan stres pasca-traumatik antara lain :
a) Mati rasa terhadap dunia ditandai dengan hilangnya minat.
b) Menghidupkan trauma secara berulang-ulang.
c) Gangguan tidur, sulit berkonsentrasi dan kesiagaan yang berlebihan.
3. Sympthom reducing responses terhadap stres
@ Mekanisme pertahanan diri
Sigmund Freud memperkenalkan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Mekanisme pertahanan disi adalah strategi yang tidak disadari untuk mengatasi emosi negatif. Strategi ini tidak mengurangi rasa stres melainkan memikirkan situasi yang sedang terjadi. Defense mechanism dilakukan secara tidak sadar apabila dilakukan secara berlebihan akan berubah menjadi perilaku yang disadari tetapi bersifat mal adaptif. Berikut ini adalah jenis-jenis defense mechanism :
a) Represi
Dalam represi, impuls yang menimbulkan rasa malu, rasa bersalah, atau perasaan ingin mencela diri sendiri akan ditekan masuk ke dalam pikiran bawah sadar.
b) Rasionalisasi
Rasionalisasi disini tidak diartikan berfikir secara rasional melainkan menggunakan motif yang dapat diterima oleh logika yang dilakukan sedemikian rupa sehingga terlihat seperti bertindak secara rasional. Tujuan rasionalisasi dalam menghadapi stres adalah menghilangkan kekecewaan saat kita gagal mencapai apa yang kita inginkan dan merasionalisasikan apa yang telah kita lakukan untuk menempatkan perilaku kita dalam pandangan yang lebih menguntungkan.
c) Pembentukkan reaksi
Pembentukkan reaksi adalah melakukan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya. Misalnya, seorang ibu muda yang sebenarnya belum siap untuk memiliki anak menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya secara berlebihan untuk meyakinkan bahwa ia adalah ibu yang baik.
d) Proyeksi
Proyeksi adalah menutupi kekurangan dalam diri dengan mencari "kambing hitam" untuk kekurangan tersebut atau dengan kata lain menempatkan kekurangan yang dimiliki dalam diri kepada orang lain.
e) Penyangkalan
Penyangkalan adalah upaya untuk menolak kenyataan negatif pada diri. Misalnya penolakkan kenyataan bahwa pasangan berselingkuh. Bentuk penyangkalan yang terlalu ekstrim/berlebihan akan membuat seseorang menjadi "kebal" terhadap kritikan tentang dirinya.
f) Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah upaya positif yang dilakukan dalam menghadapi stres. Intelektualisasi dilakukan dengan menggunakan istilah yang abstrak dan intelektual. Cara ini sering dilakukan oleh orang yang harus menghadapi kondisi mendesak dalam pekerjaannya. Contohnya adalah saat seorang psikolog menggunakan istilah psikologi untuk menyembuhkan pasiennya padahal tidak semua orang mengetahui istilah tersebut.
g) Pengalihan
Metode pertahanan diri ini dianggap dapat menurunkan tingkat kecemasan dan dapat memuaskan motif yang tidak dapat diterima dengan cara mengalihkannya ke tempat lain. Misalnya, dorongan seksual yang tidak sesuai dengan situasinya akan dialihkan dengan berolahraga.
@ Strategi coping
Selain cara-cara dalam mekanisme pertahanan diri juga ada strategi coping dalam menghadapi stres. Coping adalah kemampuan mengatasi masalah. Ada banyak jenis coping, bahkan para ahli pun memiliki pandangan yang berbeda mengenai coping.
Secara umum coping dibagi menjadi dua bentuk yaitu Strategi terfokus masalah (Problem Focus Coping) dan Strategi terfokus emosi (Emotional Focus Coping). Problem Focus Coping adalah upaya yang terfokus secara spesifik pada masalah yang telah terjadi sambil mencoba untuk mencari penyelesaiannya. Cara yang biasa dilakukannya adalah menentukan masalah, mencari pemecahan alternatif, menimbang pemecahan alternatif yang terbaik, memilih pemecahan terbaik dan mengaplikasikannya pada masalah yang terjadi. Sementara Emotional Focus Coping adalah upaya untuk mencegah emosi negatif menguasi diri. Terdapat perbedaan pandangan dalam mengkatagorikan Emotional focus copingdibagi ke dalam dua kategori yaitu strategi perilaku (latihan fisik untuk mengalihkan masalah) dan strategi kognitif (menyingkirkan pikiran tentang masalah tersebut untuk sementara) (Moss, 1988 dalam Atkinson 1993 : 370) dan pandangan lain membagi emotional focus coping ke dalam strategi perenungan (mengisolasi diri untuk merenungkan betapa buruknya emosi kita), strategi pengalihan (melibatkan diri dalam aktivitas yang menyenangkan) dan strategi penghindaran negatif (mengalihkan emosi kita pada aktivitas yang memberatkan mood atau menantang) (Nolen - Hoeksema dalam Atkinson 1993 : 380).
Berikut ini adalah beberapa macam coping menurut tokoh lainnya
1) Lazzarus
Lazzarus membagi coping kedalam dua bentuk, yaitu :
a) Tindakan langsung (Direct Action)
yaitu usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi tantangan dengan mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Tindakan langsung ini dibagi menjadi empat macam :
- Mempersiapkan diri menghadapi luka : individu melakukan langkah aktif untuk mengurangi luka serta tindakan antisipasi.
- Agresi : tindakan menyerang agen yang dinilai mengancam.
- Penghindaran : melarikan diri dari situasi yang mengancam.
- Apati : tidak bergerak dan melalukan apapun sebagai upaya menghindari masalah atau dengan kata lain menerima dengan pasrah hal yang akan mengancam.
b) Peredaan (Palliation)
Lebih mengacu pada usaha untuk mengurangi atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan/fisik. Jenis coping ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes) : jenis coping ini dilakukan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan.
- Cara intrapsikis (Intrapsychic Modes) : coping ini serupa dengan cara-cara yang terdapat di mechanism defenses.
2) Harber & Runyon
Harber dan Runyon mengemukakan jenis-jenis coping yang konstruktif, yaitu :
- Penalaran : penggunaan kemamouan kognitif untuk mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah.
- Objektifitas : kemampuan membedakan komponen emosional dan logis dalam berfikir dan bertingkahlaku.
- Konsentrasi : kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada masalah yang sedang dihadapi.
- Humor : melihat sisi lucu pada masalah yang sedang terjadi sehingga dapat mengubah perspektif persoalan tersebut menjadi lebih lebih mudah dan terang sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan lagi.
- Supresi : kemampuan untuk menekan reaksi terhadap masalah sehingga memberikan cukup waktu untuk merespon masalah secara konstruktif.
- Toleransi : kemampuan memahami kehidupan yang penuh dengan ketidakjelasan sehingga "melonggarkan hati" untuk menerima ketidakjelasan tersebut.
- Empati : kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
3) APA
APA dalam DSM-IV mengatakan bahwa coping yang sehat merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan baik. Selain supresi, sublimasi dan humor APA juga menyebutkan beberapa jenis coping sehat lainnya, antara lain adalah :
- Antisipasi : berkaitan dengan kesiapan seorang individu menghadapi suatu masalah.
- Afiliasi : berhubungan dengan kebutuhan individu akan orang lain (keinginan bersatu).
- Altruisme : mementingkan kepentingan orang lain. Pengalihan masalah dengan pengabdian terhadap orang lain.
- Penegasan diri : mengekspresikan perasaan dan pikiran secara langsung tetapi tidak memaksa.
- Pengamatan diri : melakukan pengujian secara objektif pada proses-proses kesadaran diri sendiri.
@ Menghadapi stres "minor"
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa terdapat banyak sekali cara untuk mengatasi stres. Tingkatan stres berbeda-beda tergantung setiap orang yang mempersepsikan stres tersebut, lalu bagaimanakah cara mengatasi stres "minor"?
Gejala stres "minor" dapat dicegah melalui obat-obatan, namun penggunaan obat secara terus menerus akan menimbulkan efek samping yang lain untuk kesehatan kita. Biofeedback merupakan teknik yang dapat digunakan untuk menghadapi stres minor. Biofeedback dilakukan dengan serangkaian alat tes yang cukup rumit, hal ini dilakukan sebagai umpan balik pada bagian tubuh tertentu. Biofeedback merupakan teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan belajar untuk menguasainya.
Olahraga dan istirahat yang cukup menjadi cara yang paling simple untuk mencegah terjadinya stres. Jika sudah terkena stres relaksasi dan meditasi bisa dilakukan untuk mengurangi rasa stres yang dialami. Relaksasi dan meditasi dilakukan dengan melemaskan otot-otot seluruh tubuh yang sering terkena stres.
Sumber :
1. Bahan ajar kuliah psikologi umum semester dua dari Prof. Heru
2. Siswanto, 2007. Kesehatan Mental, Yogyakarta : Andi Yogyakarta