Sehat? Seperti apa sih kategori orang yang sehat itu? Apa mungkin jarang sakit atau tidak cacat? Mampu berfikir secara logis? Atau orang yang tidak pernah kesurupan? Mungkin masing-masing dari kita merasa pribadi yang sehat secara fisik, namun apakah orang yang sehat secara fisik juga pasti sehat secara psikologis? Seperti apakah konsep sehat secara psikologis? Tulisan saya berikut ini akan menjelaskan tentang Konsep Sehat, Kepribadian Sehat, Sejarah Kesehatan Mental serta Perkembangan Kepribadian. Apakah kalian sudah merasa menjadi pribadi yang sehat? Mari kita mulai mengulas satu-satu materi yang akan kita bahas. Lets start from now guys . . .
A. Sehat secara psikologis
Mencari pengertian sehat secara psikologis sangat sulit karna setiap ahli memiliki pandangannya yang berbeda-beda. Menurut saya pribadi, sehat adalah individu yang berada dalam batasan normal baik secara jasmani rohani atau individu yang memiliki kestabilan IQ, EQ dan SQ. Orang yang memiliki kestabilan IQ biasanya memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik atau lebih dari baik (dalam istilah psikologi tergolong dalam kecerdasan average, high average, superior atau very superior). Orang yang memiliki kestabilan EQ dapat terlihat dari kemampuannya mengontrol emosi baik emosi yang bersifat positif maupun emosi yang bersifat negatif atau kemampuannya “mengekspresikan” perasaan (marah, sedih ataupun senang) secara tidak berlebihan. Sementara orang yang memiliki kestabilan SQ terlihat dari aura wajahnya yang dipancarkan.
Berikut ini adalah pengertian sehat secara psikologis menurut beberapa ahli psikologi :
Menurut Allport orang yang memiliki konsep sehat adalah orang yang matang. Allport berpendapat “kepribadian yang sehat tidak dibimbing oleh kekuatan-kekuatan tak sadar atau pengalaman masa kanak-kanak” artinya manusia tidak didorong oleh kekuatan pengalaman masa lampau melainkan didorong oleh rencana atau intensi kita untuk masa depan. Adapun tujuh kriteria kematangan menurut Allport adalah perluasaan perasaan diri, hubungan diri yang hangat dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi realistis, keterampilan dan tugas-tugas, pemahaman diri serta filsafat hidup yang mempersatukan.
Menurut Rogers orang yang memiliki konsep sehat adalah orang yang berfungis sepenuhnya. Ada tiga hal yang diungkapkan oleh Rogers yaitu keprribadian sehat adalah suatu arahan bukan sebuah proses, aktualisasi diri merupakan suatu proses dan yang ketiga adalah diri mereka sendiri. Dari ketiga pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian sehat adalah sebuah proses. Adapun lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kehidupan eksistensial, kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, perasaan bebas dan kreativitas.
Konsep sehat berikutnya dijelaskan oleh Maslow. Dimana Maslow menggambarkan pribadi sehat melalui orang-orang yang mampu mengaktualisasikan diri. Secara umum orang yang dapat mengaktualisasikan diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut mendapatkan seluruh kebutuhan dari piramida kebutuhan yang juga diungkapkan oleh Maslow, terbebas dari gangguan patologis, mengetahui diri mereka secara jujur. Maslow juga memberikan sifat khusus yang dapat menggambarkan pengaktualisasian diri, yaitu : mengamati realitas secara efisien, penerimaan umum atas kodrat, spntanitas kesederhanaan kewajaran, fokus pada masalah di luar diri mereka, kebutuhan akan privasi dan independensi, berfungsi secara otonom, apresiasi yang senantiasa segar, pengalaman-pengalaman mistik, minat sosial, hubungan antarpribadi, stuktur watak demokratis, perbedaan antara saran dan tujuan baik dan buruk, perasaan humor, kreativitas, resistensi terhadap inkulturasi.
Menurut Fromm orang yang memiliki konsep sehat adalah orang yang produktif. Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif yakni kepribadian matang yang diungkapkan oleh Allport dan orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow. Konsep itu menggambarkan “penggunaan” manusia secara penuh dari potensi yang dimilikinya. Melalui kata “orientasi”, Fromm mencoba menggambarkan suatu sikap umum yang meliputi semua segi kehidupan, respon intelektual, emosional dan sensoris. Empat segi tambahan yang menjelaskan orientasi produktif dari Fromm adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagiaan dan suara hati.
Sementara menurut Jung orang yang memiliki karakter sehat adalah orang yang terindividuasi. Syarat pertama individuasi adalah orang menyadari segi-segi diri yang telah diabaikan. Jung merumuskan proses individuasi sebagai proses menjadi seseorang yang unik, satu ada yang homogen. “Individuasi” artinya menjadi diri atau realisasi diri. Dimana individuasi bersifat instinktif yaitu suatu tujuan yang jarang dapat dipenuhi. Untuk bergerak menuju individuasi, individu harus melepaskan tingkah laku-tingkah laku, nilai-nilai dan pikiran-pikiran yang membimbing setengah bagian pertama dari kehidupan dan sampai kepada ketidaksadaran.
Menurut Frankl orang yang sehat adalah orang yang mengatasi diri. Frankl percaya bahwa hakikat manusia terdiri dari tiga, yaitu : spiritualitas, kebebasan dan tanggungjawab. Menurutnya dorongan utama manusia hidup adalah mencari bukan diri melainkan “melupakan” diri kita. Orang yang sehat secara psikologis telah bergerak ke luar melampaui fokus pada dirin sendiri, menjadi sesuatu diluar diri sendiri.
Dan terakhir yang memberikan gambaran tentang konsep sehat adalah Perls. Perls tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai orang yang sehat namun ia memberikan pandangannya yang berbunyi “orang disini dan kini”. Orang yang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa. Mereka menerima kelebihan dan kekurangan mereka sebagai manusia bahkan mereka mengetahui apa yang harus dilakukannya untuk menutupi kekurangannya.
Dari berbagai pandangan para ahli psikologi yang mengungkapkan konsep sehat sangat sulit untuk menemukan persamaan konsep sehat secara pasti. Namun kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang sehat memiliki kemampuan untuk mengontrol kehidupan mereka secara sadar walaupun tidak secara rasional, mengetahui diri mereka dengan “siapa dan apa”, bersandar pada kekuatan masa sekarang dan tidak hidup pada masa lalu atau lebih cenderung ke masa depan, selalu merindukan tantangan dan kegembiraan.
Dimensi kesehatan dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Jasmani : Orang yang memiliki kesehatan jasmani sangat mudah untuk dinilai. Orang yang memiliki kesehatan jasmani dapat terlihat dari fisiknya yang todak mudah sakit dan wajah yang fresh.
2. Rohani : Orang yang memiliki kesehatan secara rohani sudah jelas terlihat dari ketaatannya dalam beribadah.
3. Emosi : Sangat sulit untuk menentukan seseorang memiliki kesehatan baik atau tidak secara emosi namun hal yang paling mudah untuk diamati adalah kestabilan dalam mengungkapkan perasaan artinya seseorang selalu dalam batasan wajar dan tidak berlebihan dalam berekspresi baik emosi positif maupun emosi negatif.
4. Kognitif : Orang yang sehat secara kognitif adalah orang-orang yang memiliki IQ baik hingga tingkatan diatasnya.
5. Spiritual :Orang yang berspiritual baik terlihat dari aura serta kenyamanan bagi setiap orang yang memandangnya.
B. Sejarah Kesehatan Mental
Lalu bagaimanakah sejarah tentang penyakit mental? Siapa sajakah tokoh yang sudah berjasa "mempublikasikan" kesehatan mental? Awalnya penyakit mental hanya dianggap bukan penyakit lalu ada beberapa tokoh yang mengatakan bahwa penyakit mental adalah sebuah penyakit sampai akhirnya terbentuk sebuah Lembaga yang mewadahinya. Berikut ini adalah ulasan lengkapnya.
A. Gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit
Tahun 1600 (dan sebelumnya) : Orang yang sakit secara mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan”. Mengapa demikian? Karena orang jaman dulu menganggap orang yang mengalami gangguan mental adalah orang-orang yang dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu penyembuhannyapun juga melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal dengan istilah dukun.
Tahun 1692 : Di Amerika, orang yang mengalami gangguan mental dianggap sebagai orang-orang yang terkena sihir atau dirasuki setan. Di Inggris, orang yang mengalami gangguan mental disamakan dengan penjahat kriminal sehingga si penderita dimasukkan ke dalam penjara.
B. Gangguan mental dianggap sebagai penyakit
Tahun 1724 : Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah kejiwaan yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus mematahkan takhayul yang berkembang selama ini.
Tahun 1812 : Benjamin Rush menjadi orang pertama yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Sementara itu di Inggris, muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat launpun muncul masa terapi pesimisme.
Tahun 1908 : Clifford Beers yang pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun yang salah mengeluarkan buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut langsung memberikan efek yaitu menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers lalu mendirikan Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari Asosiasi Kesehatan Mental Nasional.
Tahun 1910 : Emil Kraepelin pertama kali mengemukakan penyakit Alzheimer dan alat tes untuk mendeteksi gangguan epilepsi.
Tahun 1920-an : Komite Nasional untuk Mental Higiene menghasilkan satu set model undang-undang komitmen selain itu komite membantu penelitian-penelitian yang berpengaruh pada kesehatan mental dan treatment.
Tahun 1936 : Agas Moniz mempublikasikan laporan lobotomi frontal manusia yang pertama.
Tahun 1940-an : Penggunaan elektoterapi di rumah sakit Amerika. Elektroterapi adalah terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak.
Tahun 1947 : Fountain House memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.
Tahun 1950 : Dibentuknya National Association of Mental Health (NAMH) untuk melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.
Tahun 1952 : Obat antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine diperkenalkan untuk pertama kalinya dan digunakan untuk menangani pasien skizofrenia dan gangguan mental utama lainnya.
Tahun 1960-an : Pengenalan obat-obat antipsikotik konvensional. Selain itu media Inggris juga mengungkapkan kesehatan mental melalui orang-orang yang pernah mengalaminya.
C. Gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit
Tahun 1961 : Thomas Szasz mengemukakan teori yang menyatakan “sakit mental” tidaklah benar-benar “sakit” tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan.
Tahun 1970 : Mulainya deinstitusionalisasi massal.
Tahun 1979 : NAMH menjadi the National Mental Health Association (NAMH).
Tahun 1980 : Muncul perawatan terencana, opname dirumah sakit dalam waktu pendek dan treatment masyarakat sebagai standart penyembuhannya.
C. Perkembangan Kepribadian
Selanjutnya saya akan mengulas tentang perkembangan kepribadian. Ada banyak teori tentang perkembangan kepribadian, kali ini saya akan membahas perkembangan kepribadian menurut Sigmund Freud dan Erick H Erikson. Teori kepribadian Freud biasa dikenal dengan teori psikologi seksual karna menitikberatkan pada libido sementara teori perkembangan kepribadian dari Erikson dikenal dengan psikologi sosial karna memperhatikan pengaruh dari lingkungan. Sekarang mari kita ulas kedua teori itu secara lengkap.
A. Teori Perkembangan Kepribadian Sigmund Freud
Freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima. Menurutnya fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido adalah energi psikis yang bersifat seksual (dorongan kehidupan) yang ada sejak bayi. Berikut ini adalah tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud :
a. Fase oral (0-1 tahun) : Anak memperoleh kenikmatan dan kepuasan yang bersumber pada mulut. Hubungan sosial bersifat fisik seperti makan dan mengempeng. Objek sosial terdekatnya adalah ibu.
b. Fase anal (1–3 tahun) : Fase ini pusat kenikmatan terletak didaerah anus, terutama saat BAB. Inilah saat untuk mengajari anak toilet training. Pada anak laki-laki terjadi Oedipus Kompleks.
c. Fase falik (3–5 tahun) : Daerah kepuasaan berpindah ke daerah alat kelamin. Anak tertarik pada perbedaan anatomis laki-laki dan perempuan.
d. Peride laten (5–12 tahun) : Ini bisa dikatakan sebagai masa itirahat, anak mengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya dengan pesat. Anak mulai mencoba menekan rasa takut dan ceman. Selain itu pada periode ini juga terjadi homo seksual secara alami karena anak akan bermain dengan teman sesama jenis.
e. Fase genital ( > 12 tahun ) : Alat-alat reproduksi mulai berfungsi, pusat kepuasaan berada di daerah kelamin. Libido diarahkan untuk hubungan heteroseksual. Mulai merasakan cinta kepada lawan jenis.
B. Teori Perkembangan Kepribadian Erick H Erikson
Menurut Erikson, perkembangan kepribadian manusia dibagi kedalam delapan tahanpan yang terjadi secara berurutan dan berhubungan. Dimana empat tahap pertama dilalui pada saat individu dalam masa bayi dan kanak-kanak, tahapan kelima dilalui saat individu memasuki masa adolesen (remaja) sementara tiga tahapan terakhir dilalui individu pada masa dewasa dan tua. Dimana masa adolesen memegang peranan penting karna pada masa ini akan terbentuk identitas atau malah kekacauan identitas. Erikson membagi delapan tahapan perkembangan kepribadfian berdasarkan kualitas dasar ego yang muncul pada setiap tahapannya. Berikut ini adalah delapan tahapan perkembangan kepribadian menurut Erick Erikson :
a. Basic trust vs Basic mistrust ( 0 – 1 tahun )
Situasi-situasi yang menyenangkan dan orang-orang yang bertanggungjawab membuat kenyamanan menjadi akrab dengan bayi. Berkat kenyamanan dan keamanan itu maka bayi akan mengembangkan prestasi sosial pertamanya yaitu kepercayaan dasar. Sebaliknya bila rasa kenyamanan dan keamanan itu tidak terpenuhi makan akan terbentuk kecurigaan dasar.
b. Authonomy vs Shame and Doubt ( 2 – 3 tahun )
Anak dapat melakukan aktivitas secara lebih luas dan bervariasi maka konflik yang terjadi saat ini adalah perasaan untuk mandiri atau ragu-ragu dan malu.
c. Initiative vs Guilt ( 3 – 6 tahun )
Jika pada tahapan sebelumnya anak bisa mencapai tahapan mandiri maka selanjutnya anak akan mengembangkan inisiatifnya untuk mengambil kepurusan atau merasakan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai kehendaknya. Namun apabila anak sebelumnya gagal mencapai kemandirian, dengan kata lain anak mengembangkan keragu-raguan maka selanjutnya ia akan berkembang menjadi anak yang penuh dengan perasaan bersalah.
d. Industry vs Inferiority ( 6 – 11 tahun )
Anak akan merasa mampu melakukan segala sesuatu pada tahapan ini atau anak akan merasa “kecil” atau rendah diri dilingkungannya.
e. Identity vs Role confusion ( 12 tahun )
Anak dihadapkan pada norma-norma atau sosok yang diharapkan oleh orang tua sementara itu anak sendiri merasakan dirinya sebagai individu yang unik. Maka inilah masa dimana anak mulai ingin menentukan siapa dirinya saat ini dan ingin menjadi siapa dirinya dimasa akan datang. Jika anak dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan kemampuan yang ada maka inilah yang disebut dengan identitas. Sementara jika anak gagal menenukan dan mengembangkan dirinya maka anak akan mengalami yang namanya kekaburan peran.
f. Intimacy vs Isolation
Remaja mulai ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Individu mulai menjalin sebuah hubungan dengan lwan jenis. Nilai cinta mulai berkembang dalam tahapan keintiman ini. Sementara lawannya adalah isolasi yaitu kecenderungan untuk menghindar dari orang lain atau sibuk mengurusi dirinya sendiri.
g. Generativity vs Self-absorbtion
Individu akan memperhatikan apa yang dihasilkannya serta mulai merencanakan untuk memiliki keturunan atau malah individu akan mengalami stagnasi.
h. Integrity vs Despair
Individu akan mengakumulasikan dan mengingat masa lalunya. Rasa puas akan prestasi dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan kepuasan atau kekecewaan.
D. Kepribadian Sehat
Kepribadian sehat apabila dijelaskan secara statistika adalah pribadi yang berada didalam kurva normal. Sementara dari pandangan lainnya kepribadian sehat menekankan pada pengoptimalan potensi-potensi yang dimiliki.
E. Daftar Pustaka
- Prabowo, Hendro, 1996 dkk.Psikologi Umum I, Jakarta : Universitas Gunadarma
- Lindzey, Gardner dan Hall, Calvin S, 1993. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis), Yogyakarta : Kanisius
- Schultz, Duane, 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat, Yogyakarta : Kanisius
- Siswanto, 2007. Kesehatan Mental, Yogyakarta : Andi Yogyakarta